Kisah Seribu Bangau Kertas
Apakah ada yang suka membuat bangau kertas? Apakah ada yang
bercita-cita membuat seribu bangau kertas? Jika ditanya seperti itu maka saya
akan menjawab ya. Sejak saya duduk dibangku SMP hingga saat ini saya sudah SMA
saya masih ingin membuat seribu bangau kertas, karena konon katanya jika kita
berhasil membuat seribu bangau kertas maka satu keinginan kita akan terkabul.
Namun sayang sampai saat ini angka 1000 itu masih jauh karena bangau kertas
yang saya buat masih sekitar 500 buah. Mungkin sebagian sudah ada yang
mengetahui kisahnya, tapi mungkin masih ada yang bertanya-tanya sebenarnya
darimana sih bangau kertas itu berasal dan bagaimana kisahnya? lalu bagaimana
dengan sadako?
Seribu bangau kertas atau 千羽鶴 Senbazuru dalam bahasa jepang adalah kumpulan
origami berbentuk 鶴 tsuru atau bangau yang dirangkai bersama dengan benang.
Berasal dari legenda jepang yang menyatakan bahwa siapapun yang berhasil
merangkai seribu bangau kertas maka satu permohonannya akan dikabulkan,
misalnya memperoleh umur yang panjang atau sembuh dari penyakit. Didasari oleh
kepercayaan rakyat Jepang bahwa bangau adalah salah satu makhluk suci dan
konon dapat hidup selama ribuan tahun. Di Jepang, sudah biasa diceritakan bahwa
melipat seribu bangau kertas dapat mengabulkan permohonan seseorang. Ini
membuatnya menjadi hadiah spesial bagi keluarga dan teman.
Secara tradisional, seribu bangau kertas diberikan sebagai hadiah pernikahan
oleh pihak ayah, yang mengharapkan kebahagiaan dan kemakmuran jangka panjang
kepada anak dan menantunya. Seribu bangau kertas juga dapat diberikan kepada
bayi yang baru lahir agar berumur panjang dan sehat sentosa. Menggantung seribu
bangau kertas di rumah juga dipercaya sebagai jimat pembawa keberuntungan.
Seribu bangau kertas dijadikan juga sebagai simbol perdamaian dunia melalui
kisah Sadako Sasaki. Sadako Sasaki (佐々木 禎子 Sasaki Sadako) 7 Januari 1943 – 25 Oktober 1955 adalah
gadis Jepang yang masih berumur dua tahun ketika bom atom dijatuhkan tanggal 6
Agustus 1945, di dekat rumahnya di sekitar jembatan Misasa, Hiroshima, Jepang.
Sadako berada di rumahnya saat ledakan terjadi, sekitar satu mil dari Ground
Zero. Bulan November 1954, leher dan bagian belakang telinga Sadako membengkak.
Bulan Januari 1955, bercak ungu bermunculan di kedua kakinya. Akhirnya, ia
didiagnosa menderita leukemia (ibunya menganggap itu sebagai "suatu
penyakit akibat bom atom". Ia mulai dirawat di rumah sakit pada tanggal 21
Februari 1955, dan dinyatakan bahwa ia hanya punya sisa hidup paling lama
sekitar setahun.
Tanggal 3 Agustus 1955, sahabat Sadako, Chizuko Hamamoto datang menjenguknya ke
rumah sakit. Chizuko memotong secarik kertas emas agar berbentuk persegi dan
melipatnya menjadi burung bangau kertas, berdasarkan suatu cerita kuno dari
Jepang bahwa siapapun yang melipat seribu bangau kertas maka permohonannya akan
dikabulkan oleh para dewa. Menurut versi terkenal dari kisah tersebut, Sadako
merasa tak mampu mencapai jumlah 1.000, sehingga ia hanya mampu melipat sampai
644 sebelum meninggal, dan teman-temannya melanjutkan usahanya sampai genap
berjumlah 1.000 lalu mereka menguburkan semuanya bersama Sadako. Versi ini
diambil dari buku Sadako and the Thousand Paper Cranes. Menurut eksibisi yang
berada di Museum Monumen Perdamaian Hiroshima dinyatakan bahwa akhir bulan Agustus
1955, Sadako berhasil mewujudkan cita-citanya dan melipat bangau kertas lebih
banyak lagi.
Sadako kekurangan kertas meskipun punya banyak waktu luang selama di rumah
sakit. Ia menggunakan kertas obat atau kertas apapun yang didapatkannya,
termasuk ke kamar pasien lainnya untuk meminta kertas dari bingkisan para
pembesuk. Chizuko juga membawa kertas dari sekolah untuk digunakan oleh Sadako.
Selama dirawat di rumah
sakit, kondisinya semakin memburuk. Sekitar pertengahan Oktober, kakinya
membengkak dan berubah warna menjadi ungu. Setelah keluarganya memaksanya untuk
makan, Sadako meminta nasi yang dicampur teh dan berkata "rasanya
enak" yang merupakan kata-kata terakhirnya. Dengan keluarga di
sekelilingnya, Sadako meninggal di pagi hari tanggal 25 Oktober 1955 pada usia
12 tahun.
- Peringatan
Setelah kematiannya, para teman sekelas dan sahabat Sadako menerbitkan kumpulan
surat untuk menggalang dana demi pembangunan suatu monumen untuk mengenangnya
dan seluruh anak yang meninggal dunia karena dampak bom atom. Tahun 1958,
sebuah patung Sadako yang memegang burung bangau emas dipajang di Taman Monumen
Perdamaian Hiroshima, yang juga disebut Genbaku Dome. Di kaki patung ada plakat
yang berbunyi sebagai berikut:
これはぼくらの叫びです これは私たちの祈りです 世界に平和をきずくための
(Kore wa bokura no sakebi
desu. Kore wa watashitachi no inori desu. Sekai ni heiwa o kizuku tame no.)
"Ini adalah seruan
kami. Ini adalah doa kami. Untuk membangun kedamaian di dunia."
Patung Sadako juga
terdapat di Taman Perdamaian Seattle. Sadako telah menjadi simbol dampak perang
nuklir. Sadako juga merupakan pahlawan wanita bagi para gadis di Jepang.
Kisahnya dituturkan di beberapa sekolah di Jepang saat peringatan serangan bom
atom di Hiroshima. Sebagai dedikasi untuknya, rakyat Jepang memperingati
tanggal 6 Agustus sebagai Hari Perdamaian.
Sumber :
photo :
http://favim.com/image/596485/
articel :
https://id.wikipedia.org/wiki/Sadako_Sasaki
Apakah ada yang suka membuat bangau kertas? Apakah ada yang
bercita-cita membuat seribu bangau kertas? Jika ditanya seperti itu maka saya
akan menjawab ya. Sejak saya duduk dibangku SMP hingga saat ini saya sudah SMA
saya masih ingin membuat seribu bangau kertas, karena konon katanya jika kita
berhasil membuat seribu bangau kertas maka satu keinginan kita akan terkabul.
Namun sayang sampai saat ini angka 1000 itu masih jauh karena bangau kertas
yang saya buat masih sekitar 500 buah. Mungkin sebagian sudah ada yang
mengetahui kisahnya, tapi mungkin masih ada yang bertanya-tanya sebenarnya
darimana sih bangau kertas itu berasal dan bagaimana kisahnya? lalu bagaimana
dengan sadako?
Seribu bangau kertas atau 千羽鶴 Senbazuru dalam bahasa jepang adalah kumpulan origami berbentuk 鶴 tsuru atau bangau yang dirangkai bersama dengan benang. Berasal dari legenda jepang yang menyatakan bahwa siapapun yang berhasil merangkai seribu bangau kertas maka satu permohonannya akan dikabulkan, misalnya memperoleh umur yang panjang atau sembuh dari penyakit. Didasari oleh kepercayaan rakyat Jepang bahwa bangau adalah salah satu makhluk suci dan konon dapat hidup selama ribuan tahun. Di Jepang, sudah biasa diceritakan bahwa melipat seribu bangau kertas dapat mengabulkan permohonan seseorang. Ini membuatnya menjadi hadiah spesial bagi keluarga dan teman.
Secara tradisional, seribu bangau kertas diberikan sebagai hadiah pernikahan oleh pihak ayah, yang mengharapkan kebahagiaan dan kemakmuran jangka panjang kepada anak dan menantunya. Seribu bangau kertas juga dapat diberikan kepada bayi yang baru lahir agar berumur panjang dan sehat sentosa. Menggantung seribu bangau kertas di rumah juga dipercaya sebagai jimat pembawa keberuntungan.
Seribu bangau kertas dijadikan juga sebagai simbol perdamaian dunia melalui kisah Sadako Sasaki. Sadako Sasaki (佐々木 禎子 Sasaki Sadako) 7 Januari 1943 – 25 Oktober 1955 adalah gadis Jepang yang masih berumur dua tahun ketika bom atom dijatuhkan tanggal 6 Agustus 1945, di dekat rumahnya di sekitar jembatan Misasa, Hiroshima, Jepang. Sadako berada di rumahnya saat ledakan terjadi, sekitar satu mil dari Ground Zero. Bulan November 1954, leher dan bagian belakang telinga Sadako membengkak. Bulan Januari 1955, bercak ungu bermunculan di kedua kakinya. Akhirnya, ia didiagnosa menderita leukemia (ibunya menganggap itu sebagai "suatu penyakit akibat bom atom". Ia mulai dirawat di rumah sakit pada tanggal 21 Februari 1955, dan dinyatakan bahwa ia hanya punya sisa hidup paling lama sekitar setahun.
Tanggal 3 Agustus 1955, sahabat Sadako, Chizuko Hamamoto datang menjenguknya ke rumah sakit. Chizuko memotong secarik kertas emas agar berbentuk persegi dan melipatnya menjadi burung bangau kertas, berdasarkan suatu cerita kuno dari Jepang bahwa siapapun yang melipat seribu bangau kertas maka permohonannya akan dikabulkan oleh para dewa. Menurut versi terkenal dari kisah tersebut, Sadako merasa tak mampu mencapai jumlah 1.000, sehingga ia hanya mampu melipat sampai 644 sebelum meninggal, dan teman-temannya melanjutkan usahanya sampai genap berjumlah 1.000 lalu mereka menguburkan semuanya bersama Sadako. Versi ini diambil dari buku Sadako and the Thousand Paper Cranes. Menurut eksibisi yang berada di Museum Monumen Perdamaian Hiroshima dinyatakan bahwa akhir bulan Agustus 1955, Sadako berhasil mewujudkan cita-citanya dan melipat bangau kertas lebih banyak lagi.
Sadako kekurangan kertas meskipun punya banyak waktu luang selama di rumah sakit. Ia menggunakan kertas obat atau kertas apapun yang didapatkannya, termasuk ke kamar pasien lainnya untuk meminta kertas dari bingkisan para pembesuk. Chizuko juga membawa kertas dari sekolah untuk digunakan oleh Sadako.
Selama dirawat di rumah
sakit, kondisinya semakin memburuk. Sekitar pertengahan Oktober, kakinya
membengkak dan berubah warna menjadi ungu. Setelah keluarganya memaksanya untuk
makan, Sadako meminta nasi yang dicampur teh dan berkata "rasanya
enak" yang merupakan kata-kata terakhirnya. Dengan keluarga di
sekelilingnya, Sadako meninggal di pagi hari tanggal 25 Oktober 1955 pada usia
12 tahun.
- Peringatan
Setelah kematiannya, para teman sekelas dan sahabat Sadako menerbitkan kumpulan surat untuk menggalang dana demi pembangunan suatu monumen untuk mengenangnya dan seluruh anak yang meninggal dunia karena dampak bom atom. Tahun 1958, sebuah patung Sadako yang memegang burung bangau emas dipajang di Taman Monumen Perdamaian Hiroshima, yang juga disebut Genbaku Dome. Di kaki patung ada plakat yang berbunyi sebagai berikut:
これはぼくらの叫びです これは私たちの祈りです 世界に平和をきずくための
(Kore wa bokura no sakebi
desu. Kore wa watashitachi no inori desu. Sekai ni heiwa o kizuku tame no.)
"Ini adalah seruan
kami. Ini adalah doa kami. Untuk membangun kedamaian di dunia."
Patung Sadako juga
terdapat di Taman Perdamaian Seattle. Sadako telah menjadi simbol dampak perang
nuklir. Sadako juga merupakan pahlawan wanita bagi para gadis di Jepang.
Kisahnya dituturkan di beberapa sekolah di Jepang saat peringatan serangan bom
atom di Hiroshima. Sebagai dedikasi untuknya, rakyat Jepang memperingati
tanggal 6 Agustus sebagai Hari Perdamaian.
Sumber :
photo :
http://favim.com/image/596485/
articel :
https://id.wikipedia.org/wiki/Sadako_Sasaki
Comments
Post a Comment